Berpilu saja. Jangan berpilu-pilu.
- Bilqis.M
- Mar 17, 2018
- 3 min read
Ketika merasa tak ada satu pun yang mengertimu.
Melihat tak ada seorang pun yang pedulimu.
Mendengar tak ada yang sebut namamu.
Merasa terpuruk. Sendiri. Tak ada yang menemani, pula mengerti.
Menangislah bila perlu, air mata hangat yang menjalar di pipimu biar jadi kawanmu sementara kala itu.
Selain itu, Allah melihatmu.
Tanpa kau jelaskan, Allah tahu yang kau rasakan.
Allah menunggumu mengeluh pada-Nya.
Allah senang kau bersimpuh di hadapan-Nya.
Namun selama ini, apakah kau juga tak pernah pedulikan Dia?
Sampai kau tersungkur, kau baru menyebut nama Agung-Nya?
Kau baru mengingatnya ketika masalah datang dan tak kunjung pulang?
Lihatlah dirimu.
Sekarang kau lemah, rapuh, dan tak berdaya.
Bisa jadi itulah yang Allah suka, karena dengan cara itu Dia bisa lebih dekat denganmu, mendengar bisikan dan lirihanmu di sepertiga malam itu.
Bukan kamu saja.
Semua orang pernah merasakan sedih.
Tak terkecuali aku.
Yang Allah ciptakan tak pernah sia-sia. Semua ada tujuannya.
Kita masih diberi nafas, apakah hanya untuk menikmati dunia?
Tentu tidak, Allah menginginkan kita untuk memperbanyak amalan baik sebelum nafas itu ditarik dari penghirupan kita.
Lalu kita diberi hati dan otak, apakah hanya untuk bersenda gurau?
Tentu tidak, Allah mau kita menjadi perasa, dibarengi dengan pola pikir yang berkesinambungan.
Dan bagaimana dengan perasaan sedih?
Apa Allah hanya mau menjatuhkanmu? menghukummu? menghancurkanmu?
TENTU TIDAK,
Allah menginginkan kamu belajar mendaki setelah jatuh karena sebuah kerikil.
Allah menginginkan kamu berenang di lautan setelah kamu berbecek di kubangan.
Allah menginginkan kamu berani memanjat pohon setelah kamu jatuh ke lubang terdalam.
Allah menginginkan kamu bisa merasakan indahnya kebahagiaan setelah sebelumnya kamu tersungkur karena lupa bersyukur.

Saat sedih, banyak pikiran di kepala membuat kita membelenggu.
Terasa berat padahal biasa-biasa saja.
Semua seakan mencemaskan.
Lalu ingatlah Allah, beristighfarlah.
Jangan kau biarkan bisikan syaithon menyelimutimu sehingga mudah terlena.
إِنَّمَا أَشْكُو بَثِّي وَحُزْنِي إِلَى اللَّهِ
“Sesungguhnya hanya kepada Allah aku mengadukan penderitaan dan kesedihanku”
(QS. Yusuf: 86).
JIKA MENCURAHKAN KEPILUANMU PADA TEMAN DAPAT MEMBUATMU LEBIH BAIK, MAKA LAKUKANLAH.
TAPI INGAT, JANGAN SAMPAI BERLEBIHAN.
MENGADU YANG TERBAIK HANYA PADA ALLAH.
Kamu menangis, dijadikan instastory.
Kamu kecewa, dilampiaskan dengan keluarnya kata kasar.
Untuk apa?
Apakah semua orang harus tahu?
Apakah semua orang harus merasakan hal yang sama?
Apakah semua orang peduli?
Semua orang punya masalahnya masing-masing.
Dari kepribadiannya, ia bisa memilih bagaimana mengatasinya.
Ada memang yang ketika menuangkan segalanya lewat tulisan akan membuat hati merasa lebih sedikit lega.
Tapi dewasalah, tidak semua kekecewaan harus dilontarkan.
Maka pasrahkan semuanya.
Semua masalahmu. Semua keluh kesahmu.
Semua kesedihan dan pilumu, hanya pada Allah.
Jangan merasa paling terbebani, sudah tahu Allah memberi ujian sebesar yang kamu bisa hadapi.
Jangan merasa paling sering diuji, Allah hanya ingin kamu naik lebih tinggi.
Jangan lagi merasa sendiri, Allah selalu ada bahkan lebih dekat daripada nadi.
Beberapa hari kemarin, gua ada janji ketemuan dengan teman lama.
Udah rapih-rapih, tinggal pakai sepatu, hujan tiba-tiba turun. Walhasil, ga jadi pergi.
Hal kecil begini mungkin yang suka bikin gondok.
Yang bikin ngedumel, yang bikin badmood.
Tapi hari itu gua ga merasa kecewa sama sekali.
Karena apa?
Karena sedari awal ada niat untuk ketemuan dengan teman lama, gua duluan menyerahkannya pada Allah bagaimana kelanjutan dari niat yang gua buat.
Dari sekian niat atau rencana, istilahnya gua buat rencana B untuk mengantisipasi jika rencana A tiba-tiba ga mungkin terjadi nantinya. Dan, rencana B gue selalu menjadi : İkhlas.
İkhlas ketika rencana A ga kunjung bisa dipenuhi. Serahin semuanya sama Allah, serahin.
Kalau rencana A sudah sepenuhnya gua perjuangkan dan hasilnya tidak sesuai harapan, gua ga akan kecewa karena gua udah ikhlas, gua punya rencana B tadi.
Kenapa harus ikhlas? Harus pasrah? Harus berserah diri pada Allah?
Karena apapun yang terjadi, itulah kehendak Allah.
İtu sudah takdir, ketentuan-Nya, yang sudah tertulis di lauhul mahfuz.
Semua masalah yang kita terima, itu tanjakan agar kita bisa sampai di level berikutnya, yang lebih tinggi.

Biar gue beri contoh,
Ada perempuan bernama Anisa. Ia manusia biasa, sama seperti pada umumnya.
Dari Allah, ia telah ditakdirkan memiliki 3 ujian besar dalam hidup yang harus ia lewati.
Jika ketiga ujian besar itu telah dilewati Anisa, Allah sudah berjanji bahwa Anisa akan mendapatkan kebahagiaan yang sebenarnya.
Tapi Anisa ragu. Jangankan ketiganya, ujian besar yang kedua pun ia menyerah. Ia tak merasa tak sanggup menghadapi ujian itu.
Lalu, jika ia terhenti di ujian besar kedua sana, apa mungkin ia bisa mendapatkan kebahagiaan yang dijanjikan Allah?
Tidak mungkin rasanya. Anisa harus bertahan dan mampu melewati ketiga ujian itu, karena semakin lama ia menunda untuk menghadapi ujian, maka semakin diundur pula ia akan mendapatkan kebahagiaan.
Ingatlah, kehidupan bagai roda yang berputar. Percaya itu untuk bisa dimilikimu.
Dan kita, hanyalah hamba. Memang tujuan hidup ini untuk diuji.
Yorumlar