TENTANG IDOLA #part1
- Bilqis.M
- Jun 1, 2018
- 7 min read
Assalamu’alaikum warahmatullah!!
Gimana puasanya sejauh ini?
Semoga tetap kuat yaa untuk menahan dahaga, lapar, nafsu, dan amarah :D
Juga ibadah yang kita kerjakan jadi berkah dan diterima Allah. Aaamiin.
Bilqis mohon maaf, ternyata udah lama banget ya ga nge-post tulisan lagi.
Nah kali ini kita bakal bahas tentang hal yang akhir-akhir ini booming gitu deh!
Capcus cyin..langsung baca aja ya! Hihi.
Pasti ga jarang dari kita ada yang pernah ditanyain,
“Eh, idola lo siapa?”,
“Lo suka band apa deh?”,
Atau,
“Lo demen yang Kpop, atau yang western gitu deh?”
...........

Well, gue pun pernah merasakannya, hihi.
Jadi gue pernah aktif ikut suatu english club gitu, dan di sana ternyata lagi bahas tentang idola.
Waktu itu, setiap dari kita ditanya siapa artis/seleb/idola yang paling disuka.
Semua temen gue secara cepat udah punya jawaban masing-masing. Sementara gue? Gue masih kebingungan wkwk. Gue masih mikir, idola gue siapa yak? Ntar kalo ditanya gue jawab apaan nih?
Bukan bingung nyari artis siapa yang the best, tapi saat itu gue bener-bener ga ada idola kayaknya. Haha.
Iya. Kenapa gue bilang ‘saat itu’? Karena sebelumnya gue pernah punya idola.
C’mon dude! Gue juga pernah muda wahaha. Pernah ngalamin masa-masa ngapalin lagu, koleksi foto-fotonya di galeri, atau cari-cari tau status si idola apa, dan lain sebagainya.
Anehnya, sebenernya gue tau ga ada faedahnya sama sekali. Gue Cuma mau keliatan ngehits, tau artis-artis luar negeri di hadapan temen-temen gue. Biar gue dibilang gaul dan selalu up to date. Ini gue jujur, lho.
Dan, artis-artis yang gue idolain sebenernya bukan wawasan dari gue sendiri.
Contohnya, gue sempet suka sama pee wee gaskins dan J-rock. Gue suka itu karena dulu abang gue sering banget muterin lagunya.
Terus abis itu gue sempet demen Justin Bieber, cody simpson, greyson chance, karena kakak gue juga sempet ngoleksi lagu-lagunya.
Atau, gue pernah sok-sokan tahu tentang Hannah Montana, Selena Gomez, dan teman-temannya itu karena ga mau dibilang kudet sama temen yang tiap hari bahas tentang mereka.
Tapi Alhamdulillahnya gue ga pernah dateng ke konser mereka, atau sekedar beli merchandise nya. Gak. Gak pernah.
Buat teman-teman yang sekarang punya idola, dan juga sedang baca blog gue ini,
TAHAN... JANGAN EMOSI DULU.. SABAR BEYB.
Sebelum kita bahas lebih jauh tentang sosok IDOLA.
Sebenernya kita paham bener ga ya makna dari kata IDOLA?
Nah, gue searching nih di google,
bahwa Idola dalam bahasa Inonesia berarti orang yang dipuja.
Tuh, yaa udah pada tau lha yha..
Tapi, dalam bahasa inggris, kata Idola ini berasal mempunyai banyak turunan. Antara lain, idolatry artinya penyembahan berhala.
Idolatrous artinya bersifat menyembah atau memuja.
Idolize berarti terlampau menyanjung.
Dan, idolazation punya arti pemujaan atau pendewaan.
W A L L A H U A ' L A M .
Kalo baru sampai sini udah ada yang nyinyir,
Yailah. Alay lo kis. Maksud kita kan beda. Ga yang gitu-gitu juga. Kita kan menghargai karyanya. Kita suka sifat humblenya. Ambil positifnya aja sih. Gausah yang lebay-lebay gitu. Heran gue lo negatif mulu. Lalala. Yeyeye.
Gue akan jawab..
BAGUS! Gue bilang bagus kalo pendapat kamu seperti itu! Karena kita masih mempunyai sifat baik, menghargai karya orang lain, mendukungnya, dan ikut memberikan energi-energi positif.
Lalu permasalahannya apa? Salahnya di mana?
Kelirunya kita adalah, saat menempatkan mereka dengan porsi yang terlalu banyak di kehidupan kita;
Jangan sampai, setiap hari kita pantau aktifitasnya, sampai lupa qur’an yang kita baca sudah sampai mana.
Jangan sampai, nonton film dia melulu, sampai mengabaikan sholat lima waktu.
Jangan sampai, bebenah cd, kaset, buku, lagu idolamu, tapi tak peduli sajadahmu sudah berdebu.
Jangan sampai, kamu tahu segalanya tentang dia, tapi lupa kisah rasul dan sahabat bagaimana.
Jangan sampai, nama idola selalu diukir, tapi kamu jadi jarang berdzikir.
Naudzubillah.
Sekali lagi, gue pernah mengidolakan sesuatu. Gue tahu rasanya kayak apa.
Semakin kita pantau, semakin kita cinta dia.
Tapi pernahkah kita lakukan hal yang sama untuk agama, agar semakin cinta perdalam ilmunya?
Gue mau berbagi cerita yang gue punya. Ini asli. Tapi sebelumnya, gue mau mengingatkan teman-teman yang baca juga, kalau gue ga memihak ke siapa dan apapun :)
Jadi gue punya teman. Teman lama, kita udah saling kenal dari beberapa tahun lalu. Suatu ketika dia chat gue, mengutarakan suaranya tentang idola. Pastinya, dia punya idola.
Dia suka Kpop.
Dia bilang, kenapa kayaknya Kpop salah banget di mata islam? Kenapa selalu disudutkan? Kenapa selalu dicari kesalahannya? Kenapa yang dari barat ga digituin juga? Kan mereka efeknya lebih ngaruh, pergaulan bebas jadi di mana-mana?
Padahal gue walaupun sering liat konser Kpop, gue ga lupa sholat. Gue tetep pake jilbab, malahan ada tuh gue liat yang syar’i ikut ngeliat konser juga. Gue juga ga lupa ngaji, baca qur’an juga tetep.
Ya intinya gue ga lupa Allah lah.
Teman gue ini membandingkan ‘yang dari korea’ dengan ‘yang dari barat’. Yang menurut gue sama aja, keduanya punya kultur masing-masing yang kita coba praktekkan di negara kita. Toh, gue ga memihak keduanya padahal.
Gue tau banget dia bahas ini ke gue karena emang waktu itu lagi panas-panasnya tentang suatu akun dakwah di instagram yang ‘kelihatannya’ ‘menyudutkan’ penggemar Kpop. Bahwa bilang ada konspirasinyalah, tentang dajjal lah, iluminati lah, tentang penyesatan lah.
Gue pribadi, sebenernya ga terlalu mempermasalahkan konspirasi-konspirasi itu, karena jujur gue masih awam. Gue belum tahu banyak, makanya gue lebih memilih diam tentang hal itu. Tapi gue LEBIH menyayangkan ketika teman-teman gue merespon kegiatan akun dakwah itu dengan ‘ganas’. Iya. Gue bilang ganas karena ya emang ganas.
Seganas itu teman-teman gue membela idolanya.
Gue mengerti, pembelaan teman-teman gue ini karena mereka yakin yang disudutkan tidak bersalah. Begitu pula sebaliknya, bagi sebagian orang yang percaya dengan konspirasi itu, ya akan meyakini karena mereka percaya hal itu.
KENAPA KITA BISA PERCAYA ?
KARENA KITA CINTA.
KENAPA KITA BISA CINTA?
KARENA KITA MENGENAL.
KENAPA KITA BISA MENGENAL?
KARENA KITA MAU.
Ayo kita bahas satu persatu.
Ada MAU, KENAL, CINTA, dan PERCAYA.
1. Mau.
“Mau” itu biasanya didasari apa sih, mentemen?
Nafsu bukan si? *Ini gue nanya,lho.
Pernah denger ga, ada tagline gitu kalo cewek belanja diingetin,
“BELI BARANG TUH SEPERLUNYA. BUKAN SEMAUNYA.”.
Karena kalo kita beli barang semaunya, kadang malah mubadzir, ga kepake dan jadi buang-buang uang. Waktu pas mau beli aja jadi tergiur. Gitu bukan?
Berarti...
PERLU = BUTUH
MAU = NAFSU
Kesimpulan dari pembahasan pertama ini gue jadikan pertanyaan, biar sendiri-sendiri memilihnya ya :)
JADI KITA BENERAN BUTUH, ATAU CUMA NAFSU SIH?
2. Kenal.
Nah, udah kenalan nih. Berarti ada info yang kita dapat. Iya, toh?
Apapun info yang didapat, kita boleh kok menerimanya sebagai wawasan. Selanjutnya, kita bisa memilih, mau melanjutkan perkenalan ke jenjang berikutnya atau tidak?
Biasanya sih, kalo udah kenalan, terus ngerasa ‘ga cocok’, ga dilanjutin.
Eits... cocoknye cocok pegimane dolo neh gengs? Coba yuk recall dengan nomor yang sebelumnya!
Kecocokan kita pada suatu hal yang membuat perkenalan jadi mau terus berlanjut bagaimana? Cocoknya sesuai kebutuhan kita kah?, atau cocok dengan nafsu kita yang semakin menggebu?
Ayo berpikir lagi.
JADI, UDAH NGERASA BENAR-BENAR COCOK-KAH SAAT BERKENALAN?
3. Cinta
Yaah.. namanya cinta ya. Ibarat kata udah SREG gitu bebs. Apa-apa rela dilakuin untuk yang dituju. Cinta kan emang gitu, butuh pengorbanan.
Tapii.. denger-denger kalo udah cinta susah dilepasin ya coy?
Yahh susah move on dong? Hm.. untuk menghindari susah move on, padahal sebenernya mau dan harus move on, gimana kita recall lagi ke pembahasan sebelumnya? Iya, tentang MAU, dan KENAL. Berarti saat melalui masa ‘mau’ dan ‘kenal’, sebenarnya ada kesadaran bahwa kita punya sedikit keraguan. TAPI...KITA BURU-BURU MAU CINTA.
KARENA CINTA, KITA HARUS BERKORBAN (hampir segalanya).
4. Percaya.
Poin terakhir! Yup, tentang percaya.
Ya apalagi yang mau disangkal?
Orang dari MAU, KENAL, dan CINTA aja udah match, apa ada alasan untuk tidak lagi percaya?
Kita kalo udah MAU KENALAN, bisa jadi CINTA, abis itu PERCAYA dia deh. Iya kan?
Ayo kita matangkan lagi pembahasannya!
Dari ke empat pembahasan yang singkat yang gue buat di atas, pasti sebenarnya ada 2 hal yang gue bandingkan.
Gue ga akan menulisnya secara langsung, gue yakin teman-teman di sini pasti dapat mengerti.
Teman-teman bisa membuat contoh sendiri dari ke empat poin di atas, dan ambil kesimpulan sendiri setelahnya.
Perlu diketahui oleh kita semua, bahwa jika langkah pertama kita sudah melangkah ke yang lebih baik, Allah amat teramat mendukungnya. Meski di jalan nantinya akan ada yang ‘menggoda’ kita.
Dan, jika langkah pertama kita sudah melangkah ke langkah yang tidak benar, maka semakin kita melangkah lebih jauh, semakin senang syaithon ‘menggoda’ kita. Namun, walau sedang melangkah dijalan yang kebenarannya masih dikelirui ini, Allah tetap memberi kita ‘senggolan’ agar kita kembali ke jalan yang benar. Tapi tergantung, kita merasa ‘disenggol’ Allah ga, atau reaksi kita malah ‘balik menyenggol’..??
Teman-teman, ketika ada orang yang berbuat baik, lalu ia kita dukung, ia akan lebih bersemangat mengerjakan hal kebajikan lainnya. Tanpa sadar, kita juga akan mendapat pahala.
Begitu pula ketika ada orang yang berbuat tidak baik, lalu ia kita dukung, maka ia juga akan terus berbuat buruk. Tanpa sadar juga, kita bisa mendapat dosa.
Akhir-akhir ini gue sedang merubah kebiasaan. Kebiasaan kecil gue, yang mungkin akan berdampak besar, dan jadi masalah lebih besar.
Mau tau apa?
Gue tidak lagi memberi like foto teman gue yang tidak berhijab. Serius. Meskipun dia teman dekat gue. Gue ga mau lagi melakukan hal itu. Karena gue takut menjadi ‘penyemangat tidak baik’nya dia. Kenapa gue katakan demikian? Girls, kita tau, muslimah diwajibkan menutup rambutnya, tapi ketika teman gue tidak sigap melaksanakannya, dan mengupload foto yang mengurai rambut indahnya, lalu gue like foto dia, dia pasti semakin senang mengupload foto yang serupa.
Begitupun foto yang gue upload. Gue berusaha untuk tidak lagi menyimpan foto teman muslim gue yang belum berhijab. (beda ya kalau teman yang berbeda keyakinan) Bukan lebay, gue takut Allah murka. Itu salah satu bukti sayang gue ke teman-teman gue. Masa gue tega, menyebarkan auratnya terbuka, dibiarkan terlihat oleh banyaknya mata lelaki yang bukan mahramnya? Di samping itu, laki-laki yang melihatnya juga akan mendapat dosa, begitupun gue yang menyebarkan foto itu.
Coba bayangkan, lewat ibu jari kita saja, bisa membawa ketidak selamatan untuk saudari kita sendiri, bukan?
Gue juga bukanlah sudah menjadi orang yang benar-benar mahir dalam ilmu agama. Gue masih belajar, masih butuh arahan. Tapi ga ada juga kan yang menyalahkan orang berkata benar meski ilmu yang ia miliki masih dangkal?
Kalau yang menyebarkan kebaikan hanyalah para alim ulama dan yang lainnya tidak, apakah kita juga 100% mau mentaati apa yang disampaikan ulama?
Tidak, bukan? Bahkan ketika kita tertimpa masalah, yang sering kita mau minta pendapatnya adalah teman kita, padahal kita juga tahu pengalamannya juga belum banyak.
Begini teman-teman, sedari kecil , dari TK-SD-SMP-SMA-Sekarang, kita setiap sholat membaca alfatihah kan? Itu kan rukun wajibnya sholat?
Sadar tidak, di dalam surah tersebut ada ayat yang berbuyi,
اهْدِنَا الصِّرَاطَ الْمُسْتَقِيمَ
Yang artinya, 'tunjukilah kami jalan yang lurus'.
Itu kita sendiri lho yang memintanya kepada Sang Rabbi. Allah mendengarnya. Tapi apakah secara langsung Dia menunjukkan pada kita jalan yang lurus?
Tentu tidak, kita hanyalah manusia biasa. Allah tunjukkan kita jalan yang lurus, jalan yang kita minta dari kecil itu, jalan yang kita mau jadi penuntun arah kehidupan sampai kematian kita itu, LEWAT PERANTARA.
Di mana perantara yang Ia titipkan? Ada banyak! Lewat temanmu, lewat kejadian yang menimpamu, lewat pengalaman yang temanmu ceritakan, lewat sekelilingmu, lewat akun dakwah yang kau ikuti di medsos, atau yang tak sengaja terbuka akunnya di explore pencarianmu.
Sadarkah itu semua teguran?
Hidayah itu ada 2 macam. Ada yang harus kita cari sendiri, ada juga yang menghampiri kita dengan sendirinya.
Hidayah yang harus membutuhkan hidayah itu. Kita harus rela memperjuangkannya.
Adapun hidayah yang datang sendiri, itu bukanlah untuk orang-orang sembarangan. Itu Allah yang pilihkan untuk siapa saja hidayah ini diberikan.
Tapi ketika hidayah dan teguran itu ‘lewat’ di hadapan kita, kita acuhkan. Kita tidak pedulikan. Padahal itulah yang kita minta selama sholat kita dirikan :')
*jangan lupa baca kelanjutannya di TENTANG IDOLA #part2 ya!
Comments